LINTASCAKRAWALANEWS.COM – Hari Tumpek Landep memiliki makna dari salah satu kata yakni Tumpek yang diambil dari kata Tampa berarti turun. Jadi maka hari Tumpek Landep sebagai hari peringatan turunnya manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa ke Bumi.
Tumpek Landep sebagai upacara yadnya terhadap semua jenis alat yang tajam, serta memohon kepada Bhatara Siwa dan Sanghyang Pasupati agar semua senjata tetap bertuah yang jatuh setiap 210 hari pada sabtu wuku landep.
Jero Balian Mangku Sumawijaya ketika ditemui LintasCakrawalaNews di kediamannya Banjar Sigaran, Desa Mekarbhuana, Abiansemal, Badung Bali mengatakan, pada hari Tumpek Landep menghaturkan tumpeng putih berisi ayam, ikan asin, terasi merah, sedah dan buah – buahan ke Merajan pada sarana yang akan diupacarai menghaturkan sesayut jayeng prang, sesayut kusuma yudha, suci, daksina, peras dan canang. Banten ini diayabkan kepada semua sarana tersebut dengan puja astawa dipersembahkan kepada Sanghyang Pasupati. Upacara ini sangat berbeda – beda sesuai dengan sima atau drsta masing – masing daerah.
Lebih lanjut Jero Balian Mangku Sumawijaya menjelaskan, tumpek landep merupakan hari yang dikhususkan untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dalam wujudnya sebagai dewa senjata atau dewa pasupati. Pelaksanaan upacara tumpek landep dilaksanakan di Bali karena mengandung hakekat dan makna yang tinggi dan sangat berhubungan dengan kehidupan manusia di dunia terutama mengenai intelegensi manusia, karena manusia itu sendiri adalah termasuk makhluk religius yang selalu berhubungan dengan kekuatan alam.
Jero Balian Mangku Sumawijaya menjelaskan, tumpek landep merupakan ungkapan terimakasih umat Hindu khususnya di Bali terhadap Sanghyang Widi Wasa yang turun ke dunia dan memberikan ketajaman pemikiran kepada manusia. Ketajaman tersebut layaknya senjata yang berbentuk lancip atau runcing seperti keris, tombak dan pedang.
“Perayaan tumpek landep dilakukan di rumah dan pura dengan cara mengumpulkan benda pusaka atau benda yang terbuat dari logam, upacara ini dilakukan dari pagi hingga sore hari,” kata Jero Balian Mangku Sumawijaya.
Jero Balian Mangku Sumawijaya menyatakan, upacara ini terus dilakukan secara turun – temurun dimana pada masa sekarang tidak hanya senjata yang terbuat dari besi, namun barang atau alat yang lain yang mengandung unsur besi atau benda bergerak yang terbuat dari logam seperti sepeda motor, mobil alat rumah tangga yang ikut diupacarai saat hari tumpek landep.
“Saat hari tumpek landep upacara berlansung benda – benda yang di upacarai terbuat atau mempunyai unsur dari logam selanjutnya diberikan sesajen, agar dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan manusia untuk menjalani kehidupan sehari – hari di dunia ini,” pungkas Jero Balian Mangku Sumawijaya. @ (RED/NU)