Sakit di Tengah Perayaan Ocit Abdurrosyid Sidddiq Pegiat Demokrasi dan Pemilu

LINTASCAKRAWALANEWS.COM,
Estafeta kendali pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo berjalan nyaris tanpa kendala. Berjalan dengan baik dan lancar, tanpa adanya insiden yang bisa membuat noda di tengah euphoria kegembiraan rakyat. Baik rakyat yang memilihnya juga yang tidak memilihnya pada Pemilu 2024 lalu.

Semua larut dalam kegembiraan disertai harapan semoga Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran menjadi lebih baik, dengan program-program lanjutan yang belum selesai dan belum tuntas yang telah digagas dan diimplementasikan oleh Presiden sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2024-2029 berjalan dengan lancar. Pidato pertama Presiden Prabowo di depan Sidang Paripurna MPR begitu bernas. Selain menyampaikan komitmen untuk membawa Indonesia lebih baik, yang tak kalah pentingnya adalah apresiasi beliau terhadap presiden-presiden sebelumnya.

Dengan artikulasi yang runtut dan terasa heroik, nuansa optimisme begitu kentara untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Seluruh hadirin dibuat tertegun dengan orasi yang menjadi ciri khasnya. Tepuk tangan dan standing applause kerap mewarnai jalannya sidang paripurna selama Prabowo tampil di mimbar.

Esoknya, Prabowo mengumumkan nama-nama menteri yang diberi nama Kabinet Merah Putih. Jumlah anggota kabinet lebih besar atau lebih banyak dibanding komposisi kabinet pada pemerintahan sebelumnya. Ada yang bilang, kabinet terlalu gemuk. Ada juga yang menilai, kabinet menjadi gemuk karena mengakomodir banyak kepentingan.

Dalam struktur kabinet kali ini, ada penambahan jumlah Menteri Koordinator, serta adanya pemecahan atau pemisahan yang semula satu kementerian menjadi beberapa kementerian. Misalnya kementerian yang mengurus pendidikan, yang semula hanya di bawah satu kementerian menjadi tiga kementerian.

Menurut penjelasaan pihak Istana Negara, anggota kabinet yang kali ini dinilai gemuk sejatinya adalah dalam rangka agar setiap kementerian fokus pada bidang masing-masing. Penambahan jumlah kementerian juga disebutkan tidak akan terlalu banyak menghajatkan penambahan pegawai. Cukup dengan pegawai yang sudah ada.

Bila kita melihat anggota kabinet yang berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari kader partai politik, profesional, akademisi, tentara aktif, purnawirawan kepolisian, tokoh masyarakat, mencerminkan adanya pesan ajakan untuk menyatukan seluruh elemen bangsa. Walau masih menyisakan kelompok yang tidak masuk dalam kabinet.

Kelompok ini diantaranya adalah partai-partai yang mengusung pasangan calon lain dalam Pemilu lalu. Misalnya Partai Nasdem. Bila pun demikian -tidak masuk dalam anggota kabinet- Partai Nasdem sudah menyatakan akan menjadi bagian dari pemerintahan dalam rangka merealisasikan program-program pemerintah.

Hanya PDIP yang selain tidak diajak masuk dalam kabinet oleh Prabowo, juga telah memposisikan diri sebagai partai politik penyeimbang bagi pemerintah. PDIP telah menyatakan akan berada di luar pemerintahan. Tak jadinya pertemuan antara Prabowo dengan Megawati sebelum pelantikan Presiden, menguatkan anasir tersebut.

Pilihan politik PDIP ini sudah tepat. Sebagai partai pengusung calon Presiden lain dan kemudian kalah, PDIP konsisten dalam bersikap. Berbeda dengan PKB yang ketua umumnya merupakan mantan rival dalam Pemilu namun pada akhirnya tergiur untuk menyatu dan masuk dalam kabinet. _Seubeuh pan?_

Usai mengumumkan susunan anggota kabinet, berikutnya Prabowo mengumumkan nama-nama Wakil Menteri dan Kepala Badan Negara. Jumlahnya lebih banyak dibanding jumlah kementerian. Bisa jadi, selain jumlah kementerian yang bertambah dan adanya para Wakil Menteri serta Badan Negara inilah yang membuat pemerintahan menjadi gemuk.

Usai pengumuman nama-nama anggota kabinet, Prabowo merencanakan untuk memberikan pembekalan kepada mereka sebelum memulai tugasnya. Pembekalan ini semacam acara bela negara yang digelar di Akademi Militer Magelang, di kaki Gunung Tidar. Sepertinya, Prabowo sedang dan akan mengenang masa-masa pendidikannya di lokasi yang membuatnya menjadi seorang perwira.

Pembekalan ini sebagai cara Prabowo untuk selain dalam rangka peningkatan kapasitas, penyamaan visi, juga merupakan cara beliau untuk mengikat komitmen seluruh menteri untuk mengedepankan kepentingan negara, dan pastinya menanamkan loyalitas. Hal ini secara tersirat terlontar dalam statemennya bahwa _“Bila tak patuh, copot!”._

Seluruh rangkaian acara mulai pelantikan Presiden dan Wakil Presiden hingga kedatangan para menteri di Lembah Tidar dengan menggunakan pesawat jenis Hercules itu nyaris tidak memunculkan komentar bernada negatif dari publik. Bisa jadi, performance Prabowo dengan Maung Garudanya menjadi media penyampai pesan baginya untuk meredamnya.

Prabowo yang berkenan mengantar Jokowi hingga ke tangga pesawat untuk pulang kampung ke Solo, semakin meneguhkan bahwa akselerasi estafeta kepemimpinan nasional ini berjalan dengan mulus. Jokowi dan keluarga menikmati masa lengser ke prabon ini dengan makan sate bersama istri di rumah makan sederhana pinggir jalan. Pesannya begitu kentara.

Namun diantara suasana sukacita dan gembira menyambut pemimpin baru Indonesia dengan beragam pesta penyambutan itu, masih ada segelintir orang yang nampak tidak ikhlas dan menginginkan peralihan kekuasaan ini disertai dengan gejolak dan kalau memungkinkan terjadi kerusuhan.

Ketika sebagian besar rakyat Indonesia merayakan kemenangan bersama ini, sekelas mantan rival Prabowo seperti Ganjar dan Anies saja, telah bisa menerima dan karenanya mengakui. Bahkan Imin lebih jauh dari itu dengan menjadi bagian dari pemerintahan ini. Namun ada segelintir orang yang masih menyoal keabsahan terpilihnya Prabowo-Gibran.

Untuk merusak perayaan rakyat di berbagai penjuru negeri yang sarat persatuan dan kesatuan ini, barisan yang tidak rela dan tidak ikhlas kemudian menarasikan dosa-dosa masa lampau yang diharapkan bisa mengoyak duet pemimpin nasional ini. Perkara “fufufafa” gencar dipublikasikan dengan harapan Prabowo terpantik murkanya.

Ketika Prabowo masih sibuk mengurus urusan internal dengan menyusun kabinet dan pada saat yang sama Gibran sudah beraksi menjalankan tugasnya sebagai Wakil Kepala Negara dengan menerima tamu negara, dicurigai dan dibenturkan dengan Prabowo. _Dikomporin_ biar Prabowo emosi.

Narasi sarat tuduhan juga dimunculkan dengan cara sinyalemen adanya konspirasi _Jokowi Connection_ sebagai langkah berikutnya untuk mendudukkan anaknya agar lebih memiliki kekuasaan dengan menyusun rencana culas menyingkirkan Presiden. Tuduhan “sampai hati”. _Meni kaulu!_

Banyaknya “orang-orang Jokowi” dalam kabinet, oleh segelintir orang ini juga ditafsirkan sebagai masih kuatnya pengaruh Presiden ketujuh RI itu. Klimaksnya, tuduhan bahwa Luhut B. Pandjaitan yang menjadi Ketua Dewan Ekonomi Nasional dimaknai sebagai wujud begitu masih kuatnya cengkeraman Jokowi pada pemerintahan setelahnya.

Narasi bernada tidak ikhlas ini dimaksudkan agar Prabowo terpantik amarahnya sehingga dia diharapkan mengambil tindakan frontal dengan cara menghabisi pengaruh Jokowi dalam pemerintahannya. Bahkan bila perlu, lebih dari itu, Prabowo mengambil tindakan hukum dan politis untuk mengadili Jokowi. Emang salahnya apa? Menurut pembencinya _ngantay_, buanyak!

Orang-orang ini, alih-alih bermaksud ingin “menyadarkan” Prabowo dengan deskripsi seakan-akan ada bahaya yang mengintai di sekelilingnya, maka bagi yang punya pikiran jernih justru narasi demikian tidak lebih sebagai wujud adu-domba yang menginginkan terjadinya kekisruhan.

Jadi, yang perlu diwaspadai itu bukan perkara Samsul anak Mulyono yang dikhawatirkan bulu dombanya berubah menjadi singa. Bukan pula perkara Jokowi Connection dengan “orang-orangnya”. Justru yang perlu diwaspadai oleh Prabowo adalah orang-orang yang belum bahkan tidak merasa ikhlas atas kemenangan bersama ini.

Sudahlah! Demokrasi itu satu orang satu suara. Suka atau tidak, memilihnya atau tidak, peraih suara terbanyak menjadi yang terpilih. Mesti ada kesediaan untuk siap menang juga siap untuk kalah. Ganjar dan Anies saja sudah lapang dada menerima. Mengapa anda tidak? Bila tidak puas, ganti! Kapan? Pemilu 5 tahun yang akan datang. Makanya siap-siap sejak sekarang.

Biarkan Prabowo menakhodai kapal Indonesia ini dengan pasukannya hingga berhasil di daratan Indonesia Emas 2045. Biarkan Gibran bekerja sesuai dengan kapasitasnya, pun dengan cara blusukan mengikuti gaya bapaknya. Biarkan Jokowi menikmati tongseng solo bersama keluarga. Kita doakan mereka semoga bisa mewujudkan mimpinya masing-masing.

Bila pasca purna tugas SBY asik membuat album musik dan rutin menyalurkan hobinya melukis dan karenanya kita ngiring bingah atau turut senang, maka saat Jokowi kembali ke Solo dan menjadi warga biasa, kemudian kita menemukannya sedang _nyugu_ kayu di toko furniturnya, mengapa pula kita mesti nyinyir kepadanya.

Prabowo telah menjadi Presiden RI. Gibran telah menjadi Wakil Presiden RI. Suka atau tidak, mereka adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Republik Indonesia saat ini. Karenanya jangan lupa, segera pasang foto mereka di lembaga atau instansi anda. _Ogah_ memasangnya karena tidak ikhlas apalagi rela, hanya satu kata buat anda; sakit!
***

Tangerang, Jumat, 25 Oktober 2024
Penulis adalah Ketua Forum Diskusi dan Kajian Liberal Banten Society (Fordiska Libas)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *