Toba Bali Art Project 2025 Menggelar Pameran Di The Santrian Hotel Gallery

 

LINTASCAKRAWALANEWS.COM – Kelompok Seniman Toba (Batak) menggelar pameran di Santrian Hotel Gallery. Pameran ini berlangsung dari Jumat, 11 Juli sampai dengan 30 Agustus 2025.

Pameran Toba Bali Art Project adalah rangkaian kegiatan seni rupa di Toba yang digagas kelompok seniwati tergabung dalam Pertiwi. Niatan baik ini kemudian disambut antusias para sahabat dan didukung oleh berbagai pihak, semuanya tergerak atas dasar semangat yang sama berkontribusi dalam membangun kesenian di Toba khususnya seni rupa.

Program ini dimulai sejak bulan Maret 2023, merupakan bagian dari proyek Merajut Nusantara (Weaving The Colours of The Archipelago) melalui karya seni. Berawal dari napak tilas atas perjalanan rupa yang telah dimulai Erland Sibuea dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani (pelukis Bali yang diberi marga boru Girsang), ide ini didukung oleh sosok sahabat Nick Djatnika dan Bernard Tampubolon yang ikut memainkan perannya dari jauh di Perth Australia.

Ayu Sri Wardani disambut oleh Gusti Ketut Oka Armini, Ni Nyoman Sani dan ditemani kurator Wayan Seriyoga Parta. Mereka bersama – sama mengunjungi Danau Toba untuk merasakan keindahan alam dan spirit nilai – nilai luhur kebudayaan tua Toba.

Mereka melakukan perjalanan, mengamati, merasakan, bersentuhan langsung dan menyerap keindahan alam dan kebudayaan Toba. Bersosialisasi, membuat workshop, edukasi ke sekolah dan masyarakat tentang Seni Rupa. Walaupun dalam waktu yang singkat, besar harapan dapat bersua dengan seniman – seniman dan pelaku kreatif asal Toba yang punya potensi dalam seni rupa.

“Kegiatan berkesenian khususnya seni rupa sudah seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keindahan alam Toba, sebagai salah satu kekayaan Indonesia begitu mempesona,” katanya.

“Gayung bersambut, maksud baik disambut dengan antusias oleh berbagai pihak terutama para seniman Toba. Sehingga terjalin kolaborasi yang penuh kehangatan dengan seniman – seniman di kawasan Danau Toba seperti fotografer Edward Tigor Siahaan, Sebastian Hutabarat, Charis Martin Purba, seniman seperti: Febrantonius Sinaga, Tunggul Panjaitan, Aan Turnip dan Jesral Tambunan seniman muda gorga (pande gorga) serta pelaku kreatif lainnya.

Atas inisiatif Sebastian Hutabarat (Toba Art Gallery) di Balige, turut merespon acara ini dengan membuat serangkaian program melibatkan seniman lokal, pelaku UMKM, bersama guru – guru. seni rupa, anak – anak sekolah dan masyarakat umum,” jelas Wayan Seriyoga Parta selaku kurator, saat malam pembukaan di Santrian Hotel Gallery pada Jumat 11 Juli 2025.

Ide kemudian terkembang dari lawatan menjadi pameran bertajuk Pertiwi Negeriku Pameran Toba dilaksanakan pada 22 September 25 Oktober 2023, secara serentak digelar pameran seni rupa di 7 lokasi di Kawasan Danau Toba.

Mulai dari Kampus IT DEL Laguboti, Toba Caldera Resort (The Kaldera), Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Damar Toba Balige, Toba Art Gallery Balige, Piltik Coffee Silangit, dan Pondok Berata Dapdap Tarabunga. Acara peresmian pun dimulai dari kampus IT DEL yang dihadiri dan diresmikan oleh Menteri Luhut Panjaitan. Pada setiap venue lokasi pameran itu juga diselenggarakan sejumlah kegiatan termasuk jumpa seniman dan masyarakat, workshop seni rupa serta edukasi ke sekolah dan masyarakat tentang Seni Rupa.

“Program ini terbilang cukup nekat dan tergolong ambisius, dengan menggelar pameran serempak di tujuh lokasi yang dengan koordinasi intensif direspon menjadi ruang pameran seni rupa. Menimbang sebelumnya tidak pernah ada pameran seni rupa secara serentak seperti itu di kawasan Toba. Proses persiapannya membutuhkan waktu dan koordinasi yang sangat panjang serta penuh dengan tantangan. Terlepas dari segala kronik persoalan dan dinamikanya, program Pertiwi Negeriku, Toba Exhibition tidak hanya menjadi ajang unjuk untuk seniman Pertiwi tetapi juga kolaborasi yang elok untuk membangun medan sosial seni rupa di Toba. Dimana, respon tujuh venue yang begitu antusias menjadi awalan yang baik untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan suprastruktur Seni Rupa di Toba,” ungkap Wayan Seriyoga Parta.

Setahun berikutnya program kembali berkelanjutan pada tahun 2024, tim Pertiwi yang tinggal berdua yaitu Ayu Sri Wardani dan Oka Armini kembali melakukan perjalanan ke Toba untuk kali ketiga, merasakan, bersentuhan langsung dengan talenta – talenta terpendam di Toba. Walaupun dalam waktu yang singkat dan hanya membuat workshop seni rupa yang terfokus di Damar Toba, akhirnya mereka dapat bersua dengan lebih banyak seniman – seniman dan generasi muda pelaku kreatif asal Toba yang punya potensi dalam seni rupa dan aktif berkarya.

Lawatan tersebut kemudian gayung bersambut dapat bersua dengan lebih banyak lagi talenta seniman Batak yang memiliki bakat seni terpendam. Mereka adalah Andy Boy Sianipar, Jeremy Pratama Manurung, Parulian Silaban, Yon Riko Setiawane, serta Adinda Cahaya Melati Purtra dan Angelina Ulibasa Butarbutar. Setelah sebelumnya telah telah Charis Martin Pu Martin Purba, Febrantonius Sinaga, Aan Turnip dan Jesral Tambunan. Semuanya aktif berkarya dengan mengangkat tema alam dan kebudayaan Toba. Kehadiran para seniman Toba membuat tim Pertiwi semakin optimis dapat memulai pergerakan bersama untuk berpameran.

“Karenanya, sejak akhir tahun dimulailah gagasan untuk mengajak para seniman Toba untuk berpameran di Bali. Ide ini disambut baik oleh Made Dollar sebagai sesama seniman dan sekaligus pengelola Santrian Art Gallery Sanur. Atas kebaikan berbagai pihak rencana tersebut akhimya dapat terselenggara di tahun 2025 yakni bisa berlangsung hari ini. Dalam kesempatan baik ini karya – karya dan mereka bersama difasilitasi untuk dapat berangkat ke Ball. Pameran seniman yang telah bereputasi Willy Himawan, Made Dollar Astawa, Made Arya Palguna dan tentunya Pertiwi yaitu Ayu Sri Wardani dan Oka Armini. Pameran ini juga berkolaborasi dengan fashion designer Torang Sitorus dan Nick Djatnika,” ujar Wayan Seriyoga Parta.

Pameran ini adalah medan untuk mempertemukan karya – karya seniman Toba dengan penghayatannya pada nilai estetika Toba, bersanding dengan karya – karya seniman nasional yang telah memiliki reputasi dalam medan seni rupa Indonesia. Sanur merupakan hub penting pariwisata budaya Bali yang telah menjadi destinasi masyarakat global. Sedari awal memang berjalan beriringan dengan perkembangan seni rupa khas Sanur School (mazab Sanur), dengan kreativitas khas seniman pesisir yang terbuka dengan berbagai hal – hal baru.

“Kehadiran karya-karya seniman Toba di Santrian Art Gallery secara otomatis mendapatkan apresiasi dalam skala yang tidak hanya lokal Bali, posisi Sanur destinasi pariwisata favorit menjadikan pameran juga diapresiasi oleh masyarakat global yang hadir dan menginap di Griya Santrian,” jelasnya.

Sejalan dengan visi besar dari rangkaian program panjang dan berkesinambungan, adalah untuk turut dalam mendorong membangun infrastruktur dan ekosistem seni rupa pada kawasan danau Toba. Karenanya, Hubungan Bali dan Balige (Toba) dalam proyek ini tidak hanya sebatas mengangkat nama daerah yang kebetulan memiliki kesamaan. Hubungan tersebut memang memiliki yang sama-sama memiliki latar belakang landasan kebudayaan yang khas.

Kebudayaan tua Toba dengan sistem pengetahuan dan sistem adat yang menopang telah lama menjadi topik penting kajian etnografi internasional. Sebagaimana halnya Bali, pariwisata danau Toba juga telah berjalan sejajar hingga kemudian mengalami masa surut.

“Justru ketika Bali terus bergerak dengan karakter pariwisata yang semakin menglobal dan memunculkan berbagai ekses dan persoalannya. Surutnya pariwisata Toba selayaknya dapat berkaca dan menjadikan perkembangan percepatan Bali sebagai refleksi kritis. Kehadiran secara langsung seniman – seniman Toba bersama para simpatisan pendukung yang kelak akan menjadi filantropis atau art connoisseur, dapat menjadi momentum dalam menumbuhkan kesadaran bersama untuk secara bersama menentukan arah perkembangan seni rupa dan tentunya juga karakter pariwisata yang akan dikembangkan di daerah Toba,” imbuh Wayan Seriyoga Parta.

“Keindahan alam danau Toba yang masih asri dan kebudayaan tanah Batak, dapat dikembangan melalui daya kreativitas seni dan kearifan yang bersumber dari nilai-nilai kebudayan Tua. Pentingnya membangun kembali kesadaran bersama untuk menjaga hubungan selaras dengan alam, air, danau dan kekayaan hayatinya adalah sumber dari berkah kehidupan, bukan sumber daya yang hanya dieksploitasi,” tutup Wayan Seriyoga Parta. @ (RED/NU)

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *