LINTASCAKRAWALANEWS.COM,-
Belum lama ini ramai pembelokiran, penghadangan terhadap para pelaku yang menawarkan jasa peminjaman uang yang masyarakat lebih akrab menyebutnya bank keliling, yang pada kenyataannya hal ini bukanlah membantu masyrkat akan tetapi malah menjerumuskan ke dalam lingkaran lintah darat berkedok bank dengan dalih meringankan beban masyrkat.
Tentunya bukan tanpa alasan beberapa masyrakat dengan terpaksa menggunakan pelayanan jasa ini, karena memang kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin banyak untuk dipenuhi, dalam hal ini perlunya peran dari berbagai lapisan masyrakat baik dari tokoh masyarakat, pemerintahan setempat dan tokoh agama di dalamnya.
Belum habis dan tuntas permsalahan masyarakat terhadap wabah bank keliling ini, masyrakat kembali di bebani oleh satu acara keagamaan di mana acara tersebut membutuhkan biaya yang besar untuk dapat terlaksananya kegaiatan tersebut baik untuk biaya penceramah, qori dan biaya lainnya.
Seperti dua bilah mata pisau dalam hal ini, sulit rasanya masyarakat untuk dapat menolak hal di atas tadi, karena banyaknya pihak yang lebih senang melihat kesusahan orang lain, lebih senang memenuhi egonya, dibandingkan memikirkan terlebih dahulu efek dari sebuah kebijakan.
Untuk sebuah acara keagamaan tentunya tokoh agama di dalamnya lah yang harus dapat melihat keresahan masyrakat tentang hal ini.
Satu contoh mislkan kepanitian ingin mengadakan sebuah acara keagamaan yang mebutuhkan biaya yang besar, dan untuk memenuhi kebutuhan biaya tersebut dibebankan kepada setiap anggota atau setiap rumah dipinta iuran dengan biaya yang sudah ditentukan, dengan ramuan bahwa tidak ada unsur paksaan dan dapat dicicil untuk pembayarannya, tapi dibuat selebaran untuk kontribusinya. Tidakah berfikir para panitia berapa banyak orang yang susah hidupnya jangankan untuk hal tersebut, memikirkan untuk hari esok bisa makan atau tidakah mereka pusing dibuatnya, terlebih ditambah iuran acara keagamaan yang pada kenyataannya menjadi beban kehidupan mereka.
_Lalu apa bedanya bank keliling dengan panitia yang setiap minggu datang ke rumah rumah warga untuk menagih uang “kebersamaan” ini katanya, bukankah sebuah acara keagamaan kita berharap ridho Allah? Lalu ridho Allah seperti apa yang kita akan dapatkan jika di dalamnya ada sebagian masyarakat susah yang merasa terbebani dengan acara ini?._
Semoga kita semua menjadi hamba hamba Allah yang diridhoi-Nya. Aamiin
 
									 
											






