Penulis adalah Ketua Fordiska Libas Banten
LINTAS CAKRAWALA NEWS.COM | Akhirnya kita bisa melalui idul adha kali ini dengan baik, setelah sebelumnya muncul perdebatan perihal waktu idul adha. Banyak yang mempertanyakan, mengapa waktunya berbeda antara Indonesia dengan Arab Saudi. Mengapa di sana lebih dulu dibanding disini.
Bahwa wuquf itu di Arafah, itu benar. Bahwa haji itu di Mekkah dan Ka’bah, juga benar. Bahwa saat wuquf bagi yang lain disunahkan puasa, itu benar. Bahwa di hari raya diharamkan puasa, juga benar.
Tapi memandang bahwa seluruh dunia berada dalam satu waktu yang sama, itu cara pandang orang yang beranggapan bahwa bumi ini datar. Pikniknya kurang jauh. Padahal perkara bumi itu bulat merupakan pengetahuan mendasar dalam pelajaran IPA ketika di MTs.
500 tahun sebelum Masehi, Pythagoras mengemukakan gagasan bahwa bentuk bumi itu bulat. 330 tahun sebelum Masehi, Aristoteles memberikan bukti bahwa bumi bentuknya bulat.
Sekitar 570an setelah Masehi, Al-Quran menyebutkan bahwa _”Dan Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”._
Ayat yang meneguhkan terjadinya rotasi atau perputaran bumi, yang menyebabkan terjadinya waktu siang dan malam. Juga membenarkan terjadinya revolusi bumi, ketika bumi mengelilingi matahari.
Seorang followers di Twitter bertanya ulang, _“Darimana anda yakin bahwa bumi itu bulat? Apakah anda sudah membuktikannya dengan cara berkeliling dunia?”._ Hehe, ini pertanyaan naif. Karena selain sudah dijelaskan diatas lewat penemuan Pythagoras dan Aristoteles, juga tersirat dalam kitab suci.
Tapi, baiklah. Sebelum dijawab perkara substansi, saya jelaskan perihal pengetahuan manusia lewat metodologi. Ada 4 jenis pengetahuan manusia; indera, ilmu, filsafat, dan agama.
Cara mendapatkan pengetahuan yang benar, bisa lewat pembuktian secara empirik, bisa juga tanpa pembuktian langsung. Untuk mengetahui bahwa bumi itu bulat, maka tidak mesti dengan cara keliling dunia.
Para ilmuwan dengan penelitian ilmiahnya sudah membuktikan bahwa fenomena diatas yaitu terjadinya siang dan malam, rotasi, dan revolusi, adalah bukti bahwa bumi itu bulat. Bukan datar.
Kalau keukeuh bahwa yang benar itu harus dibuktikan, dan bila tidak ada bukti maka itu tidak benar, sekarang saya tanya balik, apakah anda yakin dan percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian? Ada kehidupan alam barzah?
Pastinya, sebagai orang beriman, anda akan membenarkan keyakinan itu. Nah, benar menurut anda ini, apakah ada pembuktian secara kasat mata? Adakah orang yang kembali setelah mati lalu melakukan presentasi hasil penelitiannya tentang alam barzah? Tidak kan?
Karena bumi bulat, maka tiap tempat beda waktunya. Beda detik, beda menit, beda jam, bahkan beda waktu. Indonesia dan Amerika saja, disini siang disana malam.
Mekkah dan Jakarta beda waktunya 4 jam. Rukyatul hilal di kedua kota ini juga berbeda. Pada saat yang bersamaan, kedua kota melakukan rukyat. Di Mekkah sudah melihat hilal, maka diputuskan awal bulan adalah “hari ini”.
Di Jakarta belum nampak hilal, maka -karena sudah ada info di belahan dunia lain bahwa hilal sudah nampak dan hari ini sudah awal bulan– maka kemungkinan awal bulan disini adalah “besok”.
Dengan begitu, maka ada beda satu hari antara Mekkah dan Jakarta. Konsekuensi logisnya, ketika Mekkah sudah tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat yang sama, Jakarta baru tanggal 9 Dzulhijjah.
Pada saat Mekkah sedang idul adha, Jakarta masih puasa Arafah. Bukankah puasa di hari raya itu haram? Itu benar. Yang sedang berhari raya itu di Mekkah, dan mereka tidak puasa.
Pada saat yang sama, Jakarta masih tanggal 9 Dzulhijjah. Artinya, umat Islam di Jakarta atau umumnya Indonesia, masih dan sedang berpuasa Arafah. Idul adhanya besok.
Mendramatisasi perbedaaan ini dengan stigma haji nusantara, wukuf nusantara, idul nusantara, menandakan bahwa yang bersangkutan memiliki cara pandang bahwa bumi ini datar.
Sampai hari ini, bahwa bumi itu bulat, adalah antitesa. Akumulasi lewat satu tarikan nafas dari Pythagoras, Aristoteles, dan sebagian besar tafsir atas kitab suci. Didukung oleh sejumlah penelitian ilmiah. Ingat, “sejumlah” ya!
Bahwa perkembangan sains itu tiada henti, itu adalah fakta, sebagai bagian dari hukum alam. Tetapi hingga hari ini, belum ada tesa yang kuat atas antitesa bahwa bumi adalah bulat. Adalah tak aneh, bila istilah “kaum bumi datar” dikonotasikan sebagai perilaku konyol bagi kalangan yang masih memakai pikiran zaman jauh sebelum masehi.
Sejatinya, bukan tipe saya menggunakan diksi dan istilah yang bisa dikesani sebagai sok cerdas itu. Tapi ini agar setimpal karena yang nyinyir atas ijtihad ulama Islam Indonesia juga melabeli versi mereka dengan istilah “Nusantara” sebagai dikotomi atas Arab.
Haji Nusantara, Wukuf Nusantara, dan Idul Nusantara, adalah istilah-istilah tendensius. Berbeda pendapat, itu biasa. Tapi janganlah lebay begitu, hanya karena anda alergi atas perkara yang berbau Nusantara.
Masih tak percaya bahwa bumi itu bulat sehingga karena itu ada perbedaan waktu antar berbagai belahan negara? Tadi malam sekitar pukul 24.00 WIB atau tengah malam, kita di Indonesia menyaksikan siaran langsung pertandingan antara Belgia lawan Slovakia yang ditayangkan langsung dari Frankfrut Jerman. Pada detik yang sama kita menyaksikan di sana saat itu siang hari.
Jadi, tak perlu menyemat stigma. _Eleh omong sok laju ngaranan._ Yang jantan itu, mari kita diskusi, adu argumentasi. Itu baru laki! Pakai otak, bukan otot. Dan tentunya, agar berada pada frequency yang sama, sama-sama pakai intel core. Bukan pentium dua! Wallahualam.
***