PRAWITA GENPPARI Kunjungi Rumah Adat Warisan Leluhur Bima “Uma Lengge”

LINTASCAKRAWALANEWS.COM“ Sebagai organisasi Pegiat Pariwisata, Prawita GENPPARI sampai saat ini terus konsisten menjalankan program – program organisasi untuk melakukan survei sekaligus identifikasi potensi wisata yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah mengunjungi Uma Lengge, Bangunan Adat Khas Bima yang Kental dengan Unsur Spiritual. Uma Lengge merupakan bangunan tradisional suku Mbojo yang berada di Kecamatan Wawo Kabupaten Bima “, ujar Ketum DPP PRAWITA GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Bima, Kamis (30/5).

Hal ini ia sampaikan saat mengunjungi Uma Lengge di kabupaten Bima provinsi Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, bangunan yang mirip rumah ini sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun silam. Walau terlihat sederhana, bangunan ini membutuhkan artistik yang unik dan harus ada keahlian khusus untuk membuatnya, semua bahan bangunannya berupa kayu dan bambu serta rumbia atau ilalang sebagai bahan atap dan dindingnya. Pada zaman dahulu, Uma Lengge digunakan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat Wawo dan sebagian digunakan juga sebagai lumbung. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bima ini memiliki kekayaan khas budaya yang sangat menarik.

Bacaan Lainnya

Uma Lengge umumnya menggunakan empat tiang yang menumpu pada fondasi berupa sebuah batu sebagai tumpuan tiang. Konstruksi bangunan ini agar tahan gempa dan angin kencang atau dalam arti lainnya tidak mudah runtuh. Seluruh bagian merupakan satu kesatuan yang diletakkan di atas batu begitu saja. Tiang atau dalam bahasa Bima nya Ri’i Uma berbentuk huruf A. Setiap Ri’i diberi Wole semacam pasak untuk mengunci tiangnya. Ukuran fondasi biasanya bervariasi, tergantung besar tiang penyangga bangunan, pada pemasangan fondasi, lansung diletakkan di permukaan tanah.

Dalam Bahasa Mbojo, uma berarti “rumah”, dan lengge mengacu pada bentuk “tinggi dan mengerucut”. Jadi, uma lengge adalah rumah yang (atapnya) tinggi mengerucut. Namun, orang Donggo melafalkan kata lengge sebagai leme. Maka orang Donggo menyebut lumbung sekaligus rumah yang ditempatinya itu sebagai uma leme.

“ Semoga ke depannya dengan sentuhan kreativitas dalam memasarkan potensi pariwisata di kabupaten dan kota bIma, diharapkan kunjungan wisatawan domestik dan manca negara akan semakin meningkat “, pungkas Dede.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *